Sabtu, 06 Maret 2021

Nasehat Untuk Para Penghafal Qur'an

Al-Qur'an merupakan kitab yang Allah Ta'ala turunkan yang paling agung dan mulia dari semua kitab yang Dia turunkan sebelumnya. Allah. Keutamaan dan keagungannya tidak diragukan lagi; berpuluh ayat dan hadits yang menunjukkan atas keutamaan Al-Qur'an. Cukuplah kemulian Al-Qur'an itu dilihat dari Allah Ta'ala sebagai pemberi wahyu yang kalam-Nya termaktub di dalamnya. Yang mana kalamullah adalah satu sifat Allah Ta'ala yang mulia, sehingga Nabi Musa alaihissalam pun dibanggakan dengan sebutan Kalimullah (yang diajak bicara oleh Allah Ta'ala). Kemudian Al-Qur'an turun ke dunia dengan perantara malaikat yang mulia, yang paling mulia dari semua malaikat; dialah Jibril alaihissalam. Dan dia turun kepada Nabi yang paling mulia diantara pada nabi yang lainnya, bahkan diantara semua manusia bahkan semua makhluk yang ada. Dan Al-Qur'an diturunkan pada bulan yang paling mulia diantara dua belas bulan yang ada; yaitu bulan Ramadhan. Bahkan Al-Qur'an bukan hanya memiliki kemulian pada dirinya, tetapi juga siapa saja yang perhatian dengannya akan mendapatkan kemuliaan pula. Cobalah renungkan firman Allah Ta'ala :

إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ
" Sesungguhnya Kami (Allah) telah menurunkan Al-Qur'an dan sungguh Kami yang akan menjaganya."
[ QS Al-Hijr : 9 ]

Berkata As-Sa'di dalam tafsirnya terhadap ayat ini :

أي في حال إنزاله و بعد إنزاله ففي حال إنزاله حافظون له من استراق كل شيطان رجيم و بعد إنزاله أودعه الله في قلب رسوله و استودعه فيها ثم في قلوب أمته
" Maksudnya ketika diturunkan dan setelah diturunkan. Ketika diturunkan Al-Qur'an dijaga dari pendengaran setan yang terkutuk. Dan Setelah diturunkan Allah letakkan Al-Qur'an dalam dada rasul-Nya shallallahu alaihi wa sallam, kemudian Allah letakkan ke dalam dada-dada para umatnya."
[ Tafsir As-Sa'di ]

Jikalah begini adanya, maka berbahagialah wahai para penghafal Al-Qur'an. Karena engkau adalah orang-orang yang Allah pilih untuk turut menjaga kalam-Nya di dunia ini. Maka adakah yang lebih mulia melebihi seseorang yang di dalam dadanya ada kalamullah ?!

Sahabat yang mulia Abdullah ibn Mas'ud radhiyallahu anhu, telah memberikan wasiat kepada para penjaga Al-Qur'an. Dimana karena mereka adalah sesuatu yang istimewa maka beliau pun memberikan penjelasan bahwa keistimewaan ini harus juga terlihat dalm kesehariannya. Maka beliau berkata :

ينبغي لقارئ القرآن أن يعرف بليله إذا الناس نائمون وبنهاره إذا الناس مستيقظون وببكائه إذا الناس يضحكون وبصمته إذا الناس يخوضون وبخضوعه إذا الناس يختالون وبحزنه إذا الناس يفرحون
" Selayaknya bagi para pembaca Al-Qur'an dikenali dengan malam-malamnya ketika manusia terlelap tidur. Dengan ketika siang harinya ketika manusia terbangun. Dengan tangisannya ketika manusia tertawa. Dengan diamnya ketika manusia sibuk dengan pembiacaraanya. Dengan ketawadhuannya ketika manusia bersombong diri. Dengan kesedihannya ketika manusia bergembira."
[ Atsar ini disebutkan oleh Al-Qurthubi dalam Al-Jami' li Ahkamil Qur'an (Tafsir Al-Qurthubi), dan Ibnu Qudamah dalam Mukhtashor Minhaj Al-Qosidin ]

Berikut adalah penjelasan dari point-point nasehat dari sahabat yang mulia Ibn Mas'ud untuk pada penghafal Al-Qur'an ;

1. Hendaknya seorang penghafal Al-Qur'an memurojaah hafalannya dengan sholat malam. Diantara faedahnya adalah bacaan yang dimurojaah dengan sholat malam akan lebih mutqon dan kuat dalam ingatan dan hati. Allah Ta'ala berfirman :

إِنَّ نَاشِئَةَ اللَّيْلِ هِيَ أَشَدُّ وَطْئًا وَأَقْوَمُ قِيلًا
" Sesungguhnya bangun malam itu lebih kuat dalam pijakan dan lebih teguh dalam perkataan."
[ QS Al-Muzzammil : 6 ]

Berkata Ibnu Katsir :
والمقصود أن قيام الليل هو أشد مواطأة بين القلب واللسان
" Maksudnya bahwa shalat malam itu (waktu) yang bisa fokus antara hati dan lisan."
[ Tafsir Ibnu Katsir ]

2. Hendaknya di siang hari para penghafal Al-Qur'an dikenali dengan sifat dan akhlak yang baik diantara manusia pada umumnya. Sebagaimana yang disebutkan oleh sayyidah Aisyah tentang akhlak Rasulullah shallallahu alaih wa sallam maka beliau menjawab :

كان خلقه القرآن
" Akhlak beliau adalah (pengamalan) dari Al-Qur'an."

3. Hendaknya para penghafal Al-Qur'an itu banyak menangis; karena dosa dan maksiat yang dia lakukan. Juga karena dia merasa kurang dalam mengabdi dan menghamba kepada Allah.

4. Hendaknya para penghafal Al-Qur'an banyak diam. Kalaupun berbicara dia tidak berbicara dengan doa seperti ghibah dan semisalnya. Karena tidak layak bercampur ayat-ayat Allah dan maksiat kepada Allah dalam satu lisan.

5. Hendaknya para penghafal Al-Qur'an itu bersikap tawadhu' dan rendah hati. Tidak sombong, angkuh, merasa tinggi dan istimewa dari manusia yang lainnya. Karena sombong adalah dosa  yang membuat Allah murka terhadap makhluk dari bangsa jin yang paling dimurkai yaitu iblis, dan makhluk dari bangsa manusia yaitu fir'aun.

6. Hendaknya para penghafal Al-Qur'an itu merasa sedih ketika manusia bergembira. Sedih dan khawatir kalau adzab Allah tiba-tiba turun sedangkan mereka dalam kondisi lalai. Khawatir kalau Allah wafatkan mereka dalam kondisi lupa terhadap Allah Ta'ala.

Wallahu Ta'ala A'lam wa Ahkam.

Jombang, 22 Rajab 1442 H
Abu Harits Al-Jawi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar