Tak Puasa Ramadhan, Bagaimana Hukumnya ?

Adapun hukum orang yang meninggalkan puasa Ramadhan, maka ada perincian ;

Pertama, apabila dia mengingkari kewajiban puasa Ramadhan maka hukumnya adalah kafir, dan wajib bagi penguasa untuk memintanya bertaubat dan melaksanakan puasa tersebut. Jika tidak mau maka dia dibunuh. Berkata Al-Baijuri rahimahullah ;

و هو معلوم من الدين بالضرورة فيكفر جاحده إلا أن كان قريب عهد بالإسلام أو نشأ بعيدا عن العلماء

“ Dan hal ini ( puasa ) diketahui secara pasti dalam agama ( hukumnya ) maka kafirlah orang yang mengingkari kewajibannya kecuali kalau dia baru saja masuk Islam atau hidup jauh dari para ulama.” [ Lihat Hasyiyah Al-Baijuri ( I/572 ) ]

Kedua, apabila dia meninggalkan puasa karena sebab enggan tanpa mengingkari kewajibannya, maka kewajiban penguasa untuk menahannya dari makan dan minum di siang hari ( bisa dengan dimasukkan penjara dan sebagainya ). Dan ini merupakan dosa besar yang mana dia meninggalkan salah satu rukun Islam. Akan tetapi sebagian kaum musliminin pada hari ini masih banyak yang tidak menyadari hal ini sehingga mereka bermudah-mudahan dalam meninggalkan puasa Ramadhan. Dalam hadits Abu Hurairah radhiyallahu anhu bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda ;

من أفطر يومًا من رمضان في غير رخصة رخصها الله له لم يقض عنه صيام الدهر كله و إن صام

“ Barangsiapa yang tidak berpuasa sehari dalam bulan Ramadhan tanpa udzur maka puasa sepanjang masa tidak akan mampu menggantinya meskipun dia berpuasa.”  [ HR. Abu Dawud, Ibn Majah, dan Tirmidzi. Lihat Fiqh Sunnah ( I/306 ) ]. Wallahu Musta’an.

HIKMAH PUASA

Patut pula kita renungkan, bahwa ketika Allah Ta'ala mensyariatkan suatu ibadah, bukan berarti hanya sekedar pemberian beban syariat semata. Namun ada hikmah besar dibalik itu semua. Dengan mengetahui hikmah ibadah, kita bisa semangat dan bersungguh-sungguh dalam menjalankan perintah tersebut. Diantara hikmah puasa;

Pertama, mendapatkan ketaqwaan dan inilah hikmah dan manfaat yang paling besar sebelum hikmah-hikmah yang lain. Seorang hamba akan diuji ketaqwaannya dengan berpuasa, dimana puasa adalah ibadah yang hanya dirinya dan Allah saja yang tahu.

Kedua, puasa bisa menekan syahwat perut yang merupakan salah satu pintu keburukan. Seseorang yang senantiasa kenyang dalam hidupnya maka akan menimbulkan banyak penyakit ; baik rohani seperti kerasnya hati atau jasmani yang mana sudah terbukti dalam dunia medis.

Ketiga, bahwasanya Ramadhan melatih kita untuk menjalani kehidupan ini dengan lebih baik. Di dalam madrasah Ramadhan kita diajari untuk menahan hal-hal yang harusnya itu boleh. Demikian juga dalam kehidupan, ada banyak hal yang itu boleh dilakukan, tapi kita menahannya. Memakai semua pakaian itu hak kita, tapi kita menahan untuk memakai satu pakaian. Menikah menahan kita untuk berhubungan hanya dengan istri kita tanpa wanita lain. Dan contoh lainnya.

Wallahu A'lam

Disadur dari buku Fiqh Ramadhan

karya Abu Harits al-Jawi

Jombang, 16 Maret 2022