Di dalam kitab Kasyaf Ishtilahil Funun dikatakan bahwa adab adalah kebaikan dalam segala keadaaan baik ketika berdiri juga duduk, kebaikan akhlak, dan berkumpulnya segala perilaku terpuji. Dan perbedaan antara adab dan taklim bahwasanya adab erat berhubungan dengan keinginan-keinginan sedangkan taklim erat berhubungan dengan syariat. Adab berhubungan dengan dunia dan taklim dengan akhirat. Adapun Imam Ibnu Mandzur mengatakan ; ”Adapun orang yang berakhlak dengannya dinamakan adiib ; dinamakan adab karena hal tersebut melatih manusia dalam kebaikan-kebaikan dan melarang mereka dari keburukan.”
Sedangkan yang lain mengatakan bahwa adab dibagi menjadi 2 ; secara umum dan khusus. Adapun secara umum adab adalah berhias diri dengan akhlak-akhlak terpuji seperti jujur dan amanah, sebagaimana perkataan seorang penyair ( أدبني ربي فأحسن تأديبي ) “Rabb-ku telah mengajariku adab dengan baik.” Dan secara khusus adab adalah perkataan yang indah dan berpengaruh terhadap jiwa.
Dari pengertian-pengertian di atas maka bisa kita ambil kesimpulan bahwasanya adab adalah akhlak-akhlak terpuji yang manusia berhias diri dengannya dalam kehidupan sehari-hari. Sama saja apakah kehidupan sosial, kehidupan ilmiah, kehidupan rumah tangga, kehidupan ibadah dan segi-segi kehidupan yang lainnya.
PENTINGNYA ADAB
Sesungguhnya Allah Ta’ala telah mengirimkan kepada manusia seorang rasul agar menjadi panutan bagi mereka. Allah Ta’ala berfirman ;
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
“Dan sungguh telah ada pada diri Rasulullah panutan terbaik bagi orang yang mengharapkan Allah dan Hari Akhir dan sering mengingat Allah.” [QS Al-Ahzab:21]
Tidaklah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menjadi panutan terbaik hanya di dalam sisi ibadah saja, akan tetapi juga akhlak. Sebagaimana sabda beliau shallallahu alaihi wa sallam ;
إنمما بعثت لأتمم صالح الأخلاق
“Sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan akhlak.” [Adabul Mufrod, hadits no. 273]
Maka beliau juga menyeru manusia untuk berakhlak yang baik dan adab-adab yang mulia. Dan Allah Ta’ala telah memuji rasul-Nya atas hal tersebut dengan firman-Nya ;
وَإِنَّكَ لَعَلَى خُلُقٍ عَظِيمٍ
“Dan sungguh engkau -Muhammad- di atas akhlak yang mulia.” [QS Al-Qolam: 4]
Adab-adab dalam Islam tidak hanya terbatas pada beberapa perkara saja melainkan di semua pergerakan manusia dari sejak bangunnya hingga tidur kembali. Semua hal di dalamnya tidaklah lepas dari tuntunan adab Islami. Maka seorang muslim seharusnya tahu bagaimana dia beradab terhadap Rabb-nya, terhadab orang tuanya, terhadap saudaranya, terhadap masyarakatnya, terhadap ustadznya, terhadap lingkungannya, bahkan juga bagaimana dia beradab terhadap hewan dan tumbuhan. Dan manusia yang paling butuh terhadap adab adalah seorang penuntut ilmu; karena mereka adalah pewaris para nabi dan panutan msyarakat. Berkata Dr. Raghib As-Sirjani ;
إن العلماء هم ورثة الأنبياء و هم قدوة المجتمع و هم بناة الأمة و قائدو التغيير و الإصلاح. لذا كان لزاما عليهم أن يكون لهم أخلاق خاصة يتفردون بها عن عموم الخلق سواء من المسلمين أو من غير المسلمين. إن هذا يعني هناك أخلاقا معينة و صفات خاصة، لا بد أن يتحلى بها العالم و المسلم و لا بد أن يصطبغ بها حياته و تكون غالبة عليه و منذ بداية الطريق. إهـ.
“Sesungguhnya ulama adalah para pewaris nabi dan panutan masyarakat, juga mereka adalah anak-anak umat ini dan pemimpin dalam perubahan dan perbaikan. Oleh karenanya wajib atas mereka memiliki akhlak khusus yang tidak dimiliki oleh kebanyakan manusia; apakah dari kalangan kaum muslimin atau non muslimin. Maksudnya adalah mereka memiliki akhlak tertentu dan sifat yang khusus, yang mana seorang ‘alim dan muslim untuk berhias diri dengannya. Dan wajib akhlak tersebut juga menjadi cerminan kehidupannya sejak dia memulai jalannya ( dalam belajar ).” [Al-Ilmu wa Bina`ul Umam, hal. 240]
Dan berkata pula Hadhratusy Syaikh Hasyim Asy’ari setelah beliau menukil atsar-atsar yang menunjukkan akan keutamaan adab dan pentingnya dalam adab dalam belajar ;
فهذه كلها نصوص صريح و أقوال مؤيدة بنور الإلهام مفصحة بعلو مكانة الأدب مصرحة بأن جميع الأعمال الدينية قلبية كانت أو بدنية، قولية أو فعلية لا يعتبر شيئ منها إلا أن يكون محفوفا بالمحاسن الأدبية و المحامد الصفاتية و المكارم الخلقية، بأن تحلية العمل بالأدب عاجلا علامة قبوله آجلا، و بأن الأدب كما يحتاج إليه المتعلم في أحوال تعلمه يتوقف عليه المعلم في مقامات تعليمه
“Ini semua adalah nash-nash yang jelas juga perkataan yang menguatkan dengan cahaya Ilahi secara fasih menjelaskan tingginya kedudukan adab. Bahwasanya segala macam amal agama baik itu hati atau fisik, baik itu perkataan atau perbuatan tidaklah dianggap amal ( yang manfaat ) kecuali diiringi dengan adab yang baik, sifat terpuji, dan akhlak yang mulia. Bahwasanya hiasan amal dengan adab merupakan tanda diterimanya amal tersebut. Sebagaimana seorang penuntut ilmu butuh terhadap adab dalam masa belajarnya, maka seorang guru juga butuh adab dalam masa mengajarnya.” [Adabul Alim wal Muta'allim, hal. 13]
Kesimpulannya bahwa tidaklah agama ini tegak kecuali dengan adab, sebagaimana dia adalah syarat yang wajib dimiliki bagi orang yang belajar agama.
Wallahu Ta'ala A'lam
-
Disadur dari buku Jalan Menuntut Ilmu
Karya Abu Harits al-Jawi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar