Berkata Syaikh Muhammad bin Ali As-Sobban (w.1206 H) rahimahullah;
إن مبادئ كل عـلـم عشـرة …. الحـدّ والموضــوع ثم الثمرة
ونســـبته وفضله والواضع …. والاسم والاستمداد حُكم الشارع
مسائلٌ والبعضُ بالبعض اكتفى …. ومن دَرى الجميع حـاز الشرفا
Sungguh pondasi setiap ilmu ada sepuluh * Definisi, tema bahasan, dan buahnya
Nisbatnya, keutamannya, dan peletak dasar * Nama, sumber, dan hukum belajar
Masalah-masalah, dan sebagian melengkapi lainnya * Siapa yang tahu semua maka dia mulia
DEFINISI USUL FIKIH
Syaikhul Islam Zakariya Al-Ansori (w.926 H) dalam Lubbul Usul memberikan definisi usul fikih;
أدلة الفقه الإحمالية و طرق استفادة جزئياتها و حال المستفيد
“Dalil-dalil fikih yang bersifat umum, tata cara mengambil faedah hukum dari perinciannya, serta sifat dan syarat mujtahid.”
Dan definisi ini yang kiranya komperhensif serta menjadi pendapat keumuman pakar usul. Oleh karenanya Syaikh Al-Matiri dalam Sullamul Wusul mengatakan;
أصوله الأدلة الإجمالية * و حال مستدلها و الكيقية
Usul fikih adalah dalil-dalil umum * Dan kriteria mujtahid serta tata cara (berdalil)
TEMA BAHASAN USUL FIKIH
Tema bahasan usul fikih adalah syari yang umum, dari sisi ketetapannya, akan muncul hukum-hukum dan kaidah umum. Berbeda dengan tema bahasan fikih, dimana fokusnya lebih kepada perbuatan mukallaf dari sisi wajib, sunnah, dan lain-lain. [Ilmu Usul Fikih. Abdul Wahhab Kholaf. Hal,9-10]
BUAH ILMU USUL FIKIH
Diantara buah atau hasil dari mempelajari usul fikih adalah, seorang pelajar mampu untuk menerapkan kaidah-kaidah usul dan pandangannya terhadap dalil-dalil yang terperinci. Yang dari sana kelak muncullah hukum-hukum syar’i yang ditunjukkan untuk kasus-kasus tertentu. [Ibid. Hal,11]
NISBAT USUL FIKIH
Usul fikih masuk ke dalam kelompok ilmu fikih, dan lebih luas lagi usul fikih masuk ke dalam ranah ilmu syariat Islam. Karena pembahasan di dalamnya berhubungan dengan dalil-dalil syariat Islam.
KEUTAMAAN USUL FIKIH
Ilmu usul fikih memiliki keutamaan seperti ilmu syari yang lainnya, terkhusus lagi ilmu alat. Karena dengan usul fikih, seseorang mulai menapaki pintu fikih dengan lebih luas. Dimana dengan usul fikih, seseorang akan bisa memahami dalil dengan benar, serta bagaimana penerapan dan mendudukkan dalil tersebut. Sedangkan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda;
فرب حامل فقه ليس بفقيه و رب حامل فقه إلى من هو أفقه منه
“Bisa jadi orang yang membawa dalil dia orang yang kurang faham pendalilannya, dan bisa jadi orang membawa ilmu kepada orang yang lebih faham darinya.”
[HR.Abu Dawud dan selainnya]
PELETAK DASAR USUL FIKIH
Adapun usul fikih sebagai sebuah ilmu terapan yang belum terkodifikasikan secara khusus, maka sudah ada sejak zaman Nabi shallallahu alaihi wa sallam. Kemudian di zaman setelah beliau, ada beberapa kasus-kasus yang mana dituntut para sahabat untuk memberikan putusan hukum dengan istinbat dari wahyu warisan Nabi shallallahu alaihi wa sallam.
Sedangkan, usul fikih sebagai cabang ilmu tersendiri maka mulai dicetuskan oleh Muhammad bin Idris Asy-Syafi’i atau lebih dikenal dengan Imam Syafii (w.204 H). Dimana beliau untuk pertama kalinya mengumpulkan kaidah-kaidah dan tata cara istinbat hukum dari al-Quran serta hadits, di dalam satu kitab yang berjudul Al-Risalah.
NAMA
Cabang ilmu ini dinamakan usul fikih, yang tersusun dari dua kata. Pertama, kata usul yang maknanya pondasi. Kedua, kata fikih yang maknanya adalah cabang.
ISTIMDAD ATAU SUMBER USUL FIKIH
Ilmu usul fikih bersumber dari tiga dasar, Al-Quran, hadits, dan bahasa Arab. Adapun Al-Quran dan hadits, tentu menjadi sumber ilmu usul fikih karena tujuan dari usul fikih adalah menentukan hukum-hukum syar’i, sedangkan sumber hukum syar’i adalah Al-Quran dan hadits.
Adapun bahasa Arab juga menjadi sumber usul fikih, karena Al-Quran dan hadits berbahasa Arab, maka tentunya untuk mengetahui maksud dari dalil harus memiliki kemampuan yang cukup dalam ilmu bahasa Arab. Oleh karenanya dalam pembahasan usul fikih nanti ada siyagh, istitsna, dan lainnya. [Kholid Al-Juhany]
HUKUM MEMPELAJARI
Hukum mempelajari ilmu usul fikih adalah fardhu kifayah, karena dia termasuk ilmu alat. Dan Allah Ta’ala berfirman;
وَمَا كَانَ الْمُؤْمِنُونَ لِيَنْفِرُوا كَافَّةً فَلَوْلَا نَفَرَ مِنْ كُلِّ فِرْقَةٍ مِنْهُمْ طَائِفَةٌ لِيَتَفَقَّهُوا فِي الدِّينِ وَلِيُنْذِرُوا قَوْمَهُمْ إِذَا رَجَعُوا إِلَيْهِمْ لَعَلَّهُمْ يَحْذَرُونَ
“Dan hendaknya orang-orang mukmin tidaklah pergi jihad semua, hendaknya sebagian orang ada yang belajar agama (secara mendalam) supaya mereka bisa mengingatkan kaummnya ketika mereka kembali. Semoga mereka bisa mengambil peringatan.”
[QS At-Taubah: 122]
MASALAH-MASALAH DALAM USUL FIKIH
Masalah dalam usul fikih mencakup permasalahan yang menjadi keharusan bagi seorang mujtahid untuk mengetahuinya untuk mampu nantinya beristinbat hukum. Seperti lafadz amr (perintah) memberikan faedah wajib, dan lafadz nahy (larangan) memberikan faedah haram, dan seterusnya.
Wallahu Ta’ala A’lam
Oleh Abu Harits Al-Jawi
Referensi:
Ghoyatul Wusul fi Syarh Lubbil Usul. Zakariya Al-Ansori Asy-Syafii. Mesir, Darul Kutub Al-Arabiyyah Al-Kubro.
Ilmu Usul Fiqh. Abdul Wahhab Kholaf. Beirut, Darul Kutub Al-Ilmiyyah.
www.alukah.net
Tidak ada komentar:
Posting Komentar