Rabu, 18 Januari 2023

WAJIB-WAJIB HAJI (1)

 


1.IHRAM DARI MIQOT HAJI
Miqot yang dibahas disini adalah miqot makani, yaitu tempat-tempat yang sudah ditentukan sebagai batas ihram haji oleh Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Dan maksud disini adalah, tidak boleh seseorang melewati miqot yang akan kita sebutkan, kecuali dalam kondisi berihram.

Miqot makāni, terbagi menjadi lima;

Dzul Hulaifah / Bir 'Ali
Ini adalah miqot untuk jamaah haji yang datang dari Madinah, Syam, atau yang searah dengannya.

Juhfah
Ini adalah miqot untuk jamaah haji yang datang dari Mesir, Libya, Jazair, Maroko, dan yang searah dengannya.

Yalamlam / Sa'diyyah
Ini miqot untuk jamaah haji yang datang dari Yaman dan yang searah dengannya.

Qornul Manāzil / Sail Kabīr
Ini adalah miqot untuk jamaah haji yang datang dari Najed dan yang searah dengannya.

Dzatu 'Irq
Ini adalah miqot untuk jamaah haji yang datang dari Irak, Iran, dan yang searah dengannya. Namun sekarang, miqot ini sudah tidak terpakai lagi, dan biasanya mereka lewat melalui Madinah.

Dalilnya adalah hadits Ibnu Abbas radhiyallah anhuma;

وقت رسول الله ﷺ لأهل المدينة ذا الحليفة و لأهل الشام الجحفة و لأهل نجد قرن و لأهل اليمن يلملم وقال ((هن لهن و لمن أتى عليهن من غير أهلهن ممن أراد الحج أو العمرة فمن كان دون ذلك فمن حيث أنشأ حتى أهل مكة من مكة
"Nabi ﷺ menetapkan miqot untuk penduduk Madinah di Dzul Hulaifah, untuk penduduk Syam di Juhfah, untuk penduduk Najed Qorn Manazil, untuk penduduk Yaman di Yalamlam, dan beliau bersabda ((Batas miqot ini untuk penduduknya dan orang yang datang melewatinya dari selain penduduknya yang datang untuk haji dan umrah. Dan siapa yang rumahnya kurang dari miqot, maka ihram dari tempatnya, hingga penduduk Makkah ihram dari Makkah."
[HR.Bukhari dan Muslim]

Maka miqot ini berlaku untuk haji dan umrah, kecuali orang yang rumahnya sudah melewati miqot. Maka boleh dia berihram dari rumahnya, bahkan penduduk Makkah pun ihram dari rumahnya. Kecuali untuk umrah, maka orang yang sudah berada di tanah haram dan ingin umrah, dia ihram dari luar haram, baik penduduk Makkah sendiri atau penduduk luar. Dalilnya adalah hadits shahih bahwa Nabi ﷺ memerintahkan Aisyah yang ketika itu berada di Makkah untuk ihram umrah dari Tan'im (keluar dulu dari batas haram).

2. LEMPAR JUMRAH TANGGAL 10-13 DZULHIJJAH
Lempar jumrah termasuk wajib haji, dan jumrah yang dilempar saat tanggal 10 Dzulhijjah adalah jumrah aqobah atau jumrah kubro, yang dekat dengan arah Makkah. Waktunya dimulai sejak pertengahan malam tanggal 10 Dzulhijjah, dan lebih utama ketika meningginya matahari (waktu dhuha) di tanggal 10 Dzulhijjah hingga pertengahan harinya. Dan batas terakhirnya adalah sebeum tenggelamnya matahari di hari tasyriq (tanggal 13 Dzulhijjah).

Adapun di hari tasyriq, maka yang dilempar adalah tiga jumrah; jumrah sughro (dekat masjid Al-Khif), lalu jumrah wustho, lalu jumroh aqobah (jumroh kubro). Tiga jumrah ini dilempar setiap hari selama hari tasyriq (tanggal 11-13 Dzulhijjah), dimulai waktunya dari setelah zawwal (waktu dzuhur) hingga sebelum tenggelam matahari di hari itu, dan boleh dilaksanakan di luar harinya selama belum melewati tanggal 13 Dzulhijjah.

Dan untuk keabsahan lempar jumrah ini ada beberapa syarat;

Pertama, untuk setiap jumrah maka dipastikan jumlah lemparan tidak kurang dari 7 lemparan, meski dengan batu yang sama. Dan yang dihitung adalah jumlah lemparan, bukan batu yang dilempar.

Kedua, melempar dengan tangan jika mampu, jika tidak boleh dengan bantuan alat. Boleh juga jika tidak mampu, meminta tolong orang lain untuk melemparkan, dengan syarat jika orang itu juga sedang ihram, dia sudah melempar jumrohnya dahulu.

Ketiga, benda yang dilempar adalah jenis bebatuan, mak tidak boleh melempar dengan logam, atau kayu, atau mutiara laut, dan semisalnya.

Keempat, ketika melempar membidik marma (tempat jumrah di sekeliling tiang yang ada di situ, bukan tiangnya), bukan ke udara, atau ke orang lain. Kalau dia membidik tiang yang ada di jamrah, lalu batunya jatuh di jamrah, maka dianggap sah.

Kelima, berurutan dalam melempar tiga jamrah di hari tasyriq, dimulai dari jumroh sughro (dekat masjid Al-Khif) lalu wustho, lalu Aqobah (dekat ke arah Makkah).


Wallahu Ta'ala A'lam
Oleh Abu Harits Al-Jawi Asy-Syāfii

_
REFERENSI

Mu'nisul Jalis Syarh Yaqut Nafis. Mushthofa Ahmad Abdun Nabi Asy-Syafii. Mesir, Dar Tsamarat Al-Ulum. Cetakan pertama. Tahun 2020.

Al-Fiqh Al-Manhaji 'ala Madzhabil Imam Syafii. Mushthofa Al-Bugho. Mushthofa Al-Khinn. Ali Asy-Syurbaji. Damaskus, Darul Musthofa. Cetakan pertama. Tahun 2019.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar