Jumat, 07 Juli 2023

MENGKHUSUSKAN MEMBACA SURAT YASIN TERUNTUK MAYIT SETELAH WAFATNYA

Sebelumnya perlu kita fahami bersama, mengenai hukum membacakan Al-Quran secara umum yang diperuntukkan bagi mayit yang sudah wafat. Maka kami katakan, dalam madzhab Syafii sendiri yang masyhur dan menjadi mu'tamad, diperbolehkan membacakan Al-Quran diperuntukkan bagi mayit secara umum. 


Diantara landasan yang dipakai dalam hal ini adalah, hadits yang shahih diriwayatkan oleh Bukhari (218) dan Muslim (292), dari Ibnu Abbas Radhiyallahu anhu;

مر النبي صلى الله عليه و سلم بقبرين فقال؛ ((إنهما ليعذبان و ما يعذبان في كبير ...)) ثم أخذ جريدة رطبة فشقها نصفين فغرز في كل قبر واحدة قالوا؛ يا ررسول الله لما فعلت هذَا ؟ قال ((لعله يخفف عنهما ما لم ييبسا))

"Nabi shallallahu alaihi wa sallam melewati dua kuburan, maka beliau bersabda ((Keduanya sedang diadzab, dan tidaklah di adzab karena dosa besar ...)) Kemudian beliau mengambil pelepah kurma yang basah lalu merobeknya menjadi dua dan menancapkannya di masing-masing kuburan. Maka sahabat pun bertanya; kenapa engkau melakukan itu wahai Rasulullah ? Beliau menjawab ((Semoga keduanya diringankan adzabnya selama belum kering pelepahnya))."


Dalam Syarah Shahih Muslim, Imam Nawawi pun menyampaikan;

وَاسْتَحَبَّ الْعُلَمَاءُ قِرَاءَةَ الْقُرْآنِ عِنْدَ الْقَبْرِ  لِهَذَا الْحَدِيثِ لِأَنَّهُ إِذَا كَانَ يُرْجَى التَّخْفِيفُ بِتَسْبِيحِ الْجَرِيدِ فَتِلَاوَةُ الْقُرْآنِ أَوْلَى وَاللَّهُ أَعْلَمُ 

"Dan para ulama menganjurkan pembacaan Al-Quran di sisi kubur karena hadits ini (hadits jarīdah); karena jika diharapkan mayit mendapat keringanan adzab kubur dengan pelepah kurma, maka dengan pembacaan Al-Quran lebih utama."

[ Al-Minhāj Syarh Shahīh Muslim ibn Al-Hajāj. Imam Nawawi. Beirut, Dar Ihyaut Turots Al-Arobit. Cetakan kedua. Tahun 1392 H. (3/202) ]


Landasan lainnya, Imam Ath-Thabrāni (w.360 H) dalam Mu'jam Kabirnya meriwayatkan dengan sanadnya;

عن عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ الْعَلَاءِ بْنِ اللَّجْلَاجِ، عَنْ أَبِيهِ، قَالَ: قَالَ لِي أَبِي: " يَا بُنَيَّ إِذَا أَنَا مُتُّ فَأَلْحِدْنِي، فَإِذَا وَضَعْتَنِي فِي لَحْدِي فَقُلْ: بِسْمِ اللهِ وَعَلَى مِلَّةِ رَسُولِ اللهِ، ثُمَّ سِنَّ عَلَيَّ الثَّرَى سِنًّا، ثُمَّ اقْرَأْ عِنْدَ رَأْسِي بِفَاتِحَةِ الْبَقَرَةِ  وَخَاتِمَتِهَا، فَإِنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ ذَلِكَ 

"Dari Abdurrahman bin Al-'Alaa bin Al-Lajlaj berkata, berkata ayahku kepadaku; 'Wahai anakku, jika aku meninggal maka kuburkan aku dalam lahad, dan ketika kau meletakkanku dalam lahad maka bacalah bismillah wa 'ala millati Rasulillah. Kemudian timbunlah atasku tanah, lalu bacakan di sisi kepalaku awal surat Al-Baqoroh dan penutupnya, sesungguhnya aku mendengar Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam mensabdakan hal itu."

[ HR.Ath-Thabrani dalam Mu'jam Kabir (491), Ibnu Hajar Al-Haitsāmi dalam Majma' Zawāid (4243) dan beliau berkata; perawinya terpercaya ]


Dalam riwayat Abu Bakar Al-Khollāl Al-Hanbali (w.311 H) bukan marfu ke Nabi shallallahu alaihi wa sallam, namun mauquf kepada Ibnu Umar, dimana disebutkan;

فَإِنِّي سَمِعْتُ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عُمَرَ يَقُولُ ذَلِكَ 

"Aku mendengar Abdullah bin Umar mengatakan hal itu."


Beliau Abu Bakr Al-Khollāl (w.311 H) dalam kitabnya Al-Qirōah indal Qobri juga meriwayatkan dengan sanadnya;

أَخْبَرَنِي رَوْحُ بْنُ الْفَرَجِ، قَالَ: سَمِعْتُ الْحَسَنَ بْنَ الصَّبَّاحِ الزَّعْفَرَانِيَّ، يَقُولُ: " سَأَلْتُ الشَّافِعِيَّ عَنِ الْقِرَاءَةِ عِنْدَ الْقَبْرِ فَقَالَ: لَا بَأْسَ بِهِ "

"Mengabarkan padaku Rouh bin Al-Faraj, aku mendengar Al-Hasan bin Shobbah Az-Za'faroni (murid Imam Syafii) mengatakan; Aku bertanya kepada Imam Syafii tentang membaca Al-Quran di sisi kubur, maka beliau menjawab, 'Tidak mengapa'."

[ Al-Qiroah Iindal Qobri dicetak dalam kitab Al-Amr bi Ma'ruf wan Nahyi Anil Munkar min Masāil Imam Ahmad bin Hanbal. Abu Bakr Al-Khollāl. Beirut, Darul Kutub Al-Ilmiyyah. Tahqiq Dr Yahya Murod. Cetakan pertama. Tahun 2003 ]


Hal ini ditegaskan oleh Imam Nawawi dalam beberapa kitabnya, seperti Al-Majmu' (2/594), Al-Adzkar (hal.162), juga Riyādhus Shōlihin (hal.284) hadits no.947, dimana beliau mengatakan;

قال الشافعي والأصحاب: يُستحبّ أن يقرؤوا عنده شيئاً من القرآن، قالوا: فإن ختموا القرآن  كلَّه كان حسناً

"Berkata Imam Syafii dan ulama madzhab, dianjurkan jamaah untuk membacakan di sisi jenazah sebagian dari Al-Quran, jika mereka membaca sampai khatam, maka bagus."

[ Al-Adzkar. Imam Nawawi. Tahqiq Abdul Qodir Al-Arnauth. Beirut, Darul Fikr. Cetakan baru. Tahun 1994. Hal,162 ]


Sedang Al-Bujairimiy dalam hasyiyahnya atas Mughnil Muhtaj (2/311) juga mengatakan;

وَيُسْتَحَبُّ أَنْ يُقْرَأَ عِنْدَهُ شَيْءٌ مِنْ الْقُرْآنِ، وَإِنْ  خَتَمُوا الْقُرْآنَ  كَانَ أَفْضَلَ؛ شَرْحُ الرَّوْضِ اهـ

"Dan dianjurkan untuk dibacakan disisi jenazah atau orang yang sudah meninggal sebagian Al-Quran, dan jika dibaca sampai khatam maka lebih afdhol, Syarah Roudhotut Thōlib."


_


Adapun pengkhususan membaca surat Yāsīn untuk mayit atau di sisi kubur, maka beberapa fuqoha menganjurkannya. Diantaranya At-Tūrbasytiy (w.661 H) mengatakan;

وأما حديثه الآخر: (اقرءوا على موتاكم  (يس)) فإنه يحمل على ما ذكرناه، ويحمل أيضاً على أنه أمر بقراءتها عند من قضى نحبه في بيته أو دون مدفنه

"Adapun hadits lainnya ((Bacakan atas mayit kalian surat Yasin)) maka tafsirnya kepada orang yang hendak meninggal, namun juga berlaku bagi yang sudah meninggal, dibacakan di rumah atau selepas penguburannya."

[ Al-Masīr fi Syarh Mashōbīh As-Sunnah. Tahqiq Abdul Hamid Handawiy. Maktabah Nizar Mushthofa Al-Baz. Cetakan kedua. Tahun 2008. (2/385) ]


Hal ini pun dinukil oleh Ibnu Allān (w.1067 H) dalam kitabnya Dalīlul Fālihīn Syarh Riyādhus Shōlihīn (6/392). Ibnu Roslān (w.844 H) menukilkan pendapat Muhibbuddīn At-Thobari (w.694 H) dengan mengatakan;

ورده المحب الطبري في "الأحكام" وغيره في القراءة، وسلم له ذلك في التلقين

"Dan Muhibuddin Ath-Thobari dalam kitabnya Al-Ahkām dan lainnya, membantah hal tersebut (bacaan surat Yasin hanya untuk yang sudah meninggal saja -edt), namun menerima hal tersebut dalam talqīn."

[ Syarah Sunan Abu Dawud Ibnu Roslān. Mesir, Darul Falah. Cetakan pertama. Tahun 2016. (13/341) ]


Dan ini juga pendapat dari Ibnu Rif'ah yang oleh Ibnu Hajar Al-Haitami dalam Tuhfatul Muhtāj (3/93) dikuatkan dengan mengatakan;

وَأَخَذَ ابْنُ الرِّفْعَةِ بِقَضِيَّتِهِ وَهُوَ أَوْجَهُ فِي الْمَعْنَى إذْ لَا صَارِفَ عَنْ ظَاهِرِهِ

"Dan Ibnu Rif'ah berpendapat sesuai teks hadits (dibaca untuk Yasin bagi yang sudah meninggal -edt), dan ini lebih tepat karena tidak ada indikasi yang mengalihkan tafsir mautākum dari makna aslinya."


Namun, jumhur fuqoha madzhab tetap berpendapat kekhususan surat Yasin hanya berlaku bagi yang akan meninggal saja. Inilah dhohir pendapat Al-Khothīb Asy-Syirbini dalam Mughnil Muhtaj (2/5-6), Syamsuddin Ar-Romli dalam Nihāyatul Muhtāj (2/437). Dan ini yang juga yang sesuai dengan tafsiran Ibnu Hibbān sebagai ulama hadits terdahulu.


Menguatkan pendapat kedua ini, dimana Ad-Dailamiy (w.509 H) meriwayatkan secara marfū' dari hadits Abu Dzar Al-Ghifariy;

مَا مِنْ مَيِّتٍ يَمُوتُ  فَيُقْرَأُ عِنْدَهُ يس، إلَّا هَوَّنَ اللَّهُ عَلَيْهِ

"Tidak ada seorang mayit yang hendak meninggal lalu dibacakan disisinya surat Yasin kecuali Allah akan berikan kemudahan padanya."

[ HR.Ad-Dailamiy dalam Al-Firdaus bi Ma`tsūril Khithōb (6099). Lihat At-Talkhīs Al-Kabīr. Ibnu Hajar Al-Asqolāni. (2/213) hadits no,735 ]


Kesimpulannya, pengkhususan membaca surat Yasīn untuk jenazah yang sudah meninggal merupakan pendapat sebagian fuqoha. Namun yang menjadi pilihan bagi kami, pengkhususan ini berlaku bagi yang hendak meninggal saja. Karena lebih sesuai dengan tafsiran banyak dari para fuqohā madzhab serta para ulama mutaqoddimīn. Namun boleh membaca Al-Quran secara umum di sisi mayit yang sudah meninggal, bahkan di sisi kuburannya. Meskipun sebagian ulama pun mengingkari hal ini.


Wallahu Ta'ala A'lam


Ditulis oleh Abu Harits Al-Jawi

Pengasuh Fiqhgram

Tidak ada komentar:

Posting Komentar