Senin, 11 September 2023

POSISI KAKI SAAT SUJUD; MERAPATKAN ATAU MERENGGANGKAN ⁉️



Mayoritas ulama berpendapat, posisi telapak kaki saat sujud adalah direnggangkan. Dalam madzhab Syafii sendiri, dianjurkan renggang tersebut sekitar satu jengkal (syibr). Karena dengan jarak ini, posisi kaki akan berada pada posisi merenggang yang normal; tidak terlalu lebar juga tidak terlalu sempit. [ Lihat disini ]

Landasan hal ini adalah hadits Abu Humaid Radhiyallahu Anhu berkata;

وإذا سجدَ فَرَّجَ بين فَخِذَيهِ  غيرَ حامِلِ بطنَه على شيءِ من فَخِذَيهِ
"Apabila sujud maka beliau membuka antara kedua pahanya dan tidak menempelkan perut ke pahanya."
[ HR.Abu Dawud (735), Al-Baihaqi dalam As-Sunan Al-Kubro (2712) ]

Berkata Imam Nawawi dalam Al-Majmū' Syarh Al-Muhadzdzab (3/431) ;

قال الشافعي والاصحاب يستحب للساجدان يُفَرِّجَ بَيْنَ رُكْبَتَيْهِ وَبَيْنَ قَدَمَيْهِ قَالَ الْقَاضِي أَبُو الطَّيِّبِ فِي تَعْلِيقِهِ قَالَ أَصْحَابُنَا يَكُونُ بَيْنَ قَدَمَيْهِ قَدْرُ شِبْرٍ وَالسُّنَّةُ أَنْ يَنْصِبَ قَدَمَيْهِ وَأَنْ يَكُونَ أَصَابِعُ رِجْلَيْهِ مُوَجَّهَةً إلَى الْقِبْلَةِ

"Berkata Imam Syafii dan ulama Syafiiyyah; disunnahkan bagi orang yang sujud untuk melebarkan antara kedua lututnya, dan antara kedua kakinya. Berkata Qodhi Abu Thoyyib dalam Ta'liqoh-nya; berkata ulama Syafiiyyah hendaknya jaraknya antara kedua telapak kaki adalah sejengkal. Dan disunnahkan pula menegakkan kedua kaki, dengan posisi jari jemari kaki menghadap ke arah kiblat."

***

Dalil yang lain, adalah hadits Al-Barrō bin Āzib radhiyallahu tentang sifat shalatnya Nabi shallallahu alaihi wa sallam;

إِذَا رَكَعَ بَسَطَ ظَهْرَهُ، وَإِذَا سَجَدَ وَجَّهَ أَصَابِعَهُ قِبَلَ الْقِبْلَةِ فَتَفَلَّجُ

"Ketika rukuk beliau hamparkan punggungnya, dan ketika sujud beliau arahkan jarinya ke kiblat, lalu melebarkan kakinya."
[ HR.Al-Baihaqi dalam Sunan Kubro (2697) ]

Berkata Ibnu Hajar dalam At-Talkhīsh Al-Habīr (1/459) ;

وَفِي الْبَيْهَقِيّ مِنْ حَدِيثِ الْبَرَاءِ: «كَانَ إذَا سَجَدَ وَجَّهَ أَصَابِعَهُ قِبَلَ الْقِبْلَةِ فَتَفَاجَّ» . يَعْنِي: وَسَّعَ بَيْنَ رِجْلَيْهِ.

"Dan dalam riwayat Al-Baihaqi dari hadits Al-Barrō (( Jika beliau sujud maka beliau arahkan jarinya ke kiblat lalu tafājja )), tafājja artinya melebarkan kedua kakinya."

Faedah; yang kami dapati dalam teks Sunan Kubro Al-Baihaqi menggunakan lafadz tafallaja, namun dalam At-Talkhīsh Ibnu Hajar, juga Imam Nawawi dalam Al-Majmū' menggunakan lafadz tafājja.

***

Sebagian kecil ulama berpendapat, bahwa telapak kaki dirapatkan dalam posisi tegak ketika sujud. Landasan mereka dalam hal ini adalah hadits Aisyah radhiyallah anha;

فَقَدْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَكَانَ مَعِي عَلَى فِرَاشِي، فَوَجَدْتُهُ سَاجِدًا رَاصًّا عَقِبَيْهِ  مُسْتَقْبِلًا بِأَطْرَافِ أَصَابِعِهِ الْقِبْلَةَ، فَسَمِعْتُهُ يَقُولُ: «أَعُوذُ بِرِضَاكَ مِنْ سَخَطِكَ، وَبِعَفْوِكَ مِنْ عُقُوبَتِكَ، وَبِكَ مِنْكَ، أُثْنِيَ عَلَيْكَ لَا أَبْلُغُ كُلَّ مَا فِيكَ» ، فَلَمَّا انْصَرَفَ قَالَ: «يَا عَائِشَةُ، أَخَذَكِ شَيْطَانُكِ؟» ، فَقَالَتْ: أَمَا لَكَ شَيْطَانٌ؟ قَالَ: «مَا مِنْ آدَمَيٍّ إِلَّا لَهُ شَيْطَانٌ» ، فَقُلْتُ: وَأَنْتَ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ: «وَأَنَا، وَلَكِنِّي دَعَوْتُ اللَّهَ عَلَيْهِ فَأَسْلَمَ»

"Aku menacari Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam saat bersamaku di ranjang. Maka aku dapati beliau dalam kondisi sujud dengan menempelkan kedua tumitnya serta menghadapkan ujung jari jemarinya ke arah kiblat. Dan aku mendengar beliau membaca doa; ((Audzu bi ridhoka min sukhthik, wa bi afwika min uqubatik, wa bika minka, utsni alaika la ablughu kulla ma fiik)). Ketika selesai, beliau bersabda; Wahai Aisyah, apakah setanmu mendatangimu ? )) Aisyah menjawab; apakah engkau juga memiliki setan ? Beliau menjawab; ((Setiap anak Adam memiliki setan)) Aku berkata; ((Apakah engkau juga wahai Rasulullah ?)) Beliau menjawab; ((Aku juga, namun aku berdoa kepada Allah, sehingga setanku, masuk Islam))."
[ HR.Ibnu Khuzaimah dalam Shahihnya (654), Ibnu Hibban dalam Shahihnya (6614), Al-Baihaqi dalam Sunan Kubro (2719) ]

***

Perlu diketahui, asal dari hadits Aisyah ini ada dalam shahih Bukhari dan Muslim, demikian juga dalam kitab-kitab Sunan. Namun khusus tambahan rōshon aqibaih (menempelkan kedua tumitnya), maka hanya ada dalam riwayat Ibnu Khuzaimah, Baihaqi, Ibnu Hibban, dan Al-Hakim. Melalui jalur Said bin Abi Maryam dari Yahya bin Ayyub Al-Mishri dari Umarah bin Ghoziyyah dari Abu An-Nadzr dari Urwah bin Zubair.

Dan banyak dari para ulama yang mempermasalah tambahan menempelkan kedua tumit ini, dari beberapa sisi;

Pertama, tambahan ini dinilai syādzah (nyeleneh) dan tidak ada satu pun riwayat lain yang menyebutkan tentang sifat shalat Nabi shallallahu alaihi wa sallam ini selain jalur yang dibawa oleh Ibnu Khuzaimah. Oleh karenanya Al-Hakim menyatakan;

لا أعلم أحداً ذكر ضم العقبين في السجود غير ما في هذا الحديث
"Aku tidak mengetahui seorang pun yang menyebut menempelkan kedua tumit saat sujud selain dalam hadits ini."

Kedua, di dalam riwayat hadits ini ada Yahya bin Ayyūb Al-Mishri, seorang perawi yang memiliki catatan terhadapnya. Imam Ahmad berkata tentangnya sebagaimana dinukil Ibnu Qudāmah dalam Al-Muntakhob min 'Ilal Al-Khollāl;

 يحيى بن أيوب ضعيف، كان يخطئ كثيرًا
"Yahya bin Ayyub dhoif, dia banyak salahnya."
[ Lihat disini ]

***

Kesimpulan, bahwa pendapat mayoritas fuqoha, posisi telapak kaki direnggangkan. Adapun tambahan riwayat Aisyah yang dibawa oleh Ibnu Khuzaimah dan selainnya, maka dinilai syādzah. Maka kembali ke kaidah umum dalam sujud, yaitu menjauhkan sebagian anggota tubuh dari anggota tubuh yang lainnya.

Dan jika dikatakan, mengapa tambahan lafadz dalam hadits Aisyah tidak menjadi pengecualian (menjadi mukhosshis) atas keumuman cara sujud yang melebarkan kaki ? Maka kita katakan, tidak bisa karena ini bertentangan terhadap kaidah umum itu sendiri. Jika ada bagian tubuh yang ditempelkan, maka akan menolak kaidah bagian tubuh dijauhkan.

Wallahu Ta'ala A'lam wa Ahkam

***

Jombang, 10 September 2023
Abu Harits Danang Santoso Al-Jāwi

#fikihsyafii #fikihshalat #sujud #ngajifikih

Tidak ada komentar:

Posting Komentar