Bagi seseorang yang baru saja memasuki dunia ilmu syar'i, maka manhaj (metode) belajar yang dianjurkan oleh para ulama adalah dengan mempelajari kitab terdasar dari suatu cabang ilmu, atau satu kitab dari setiap cabang ilmu yang dia pelajari (jika belajar lebih dari satu cabang ilmu di waktu bersamaan). Kitab itu dipelajari sampai khatam dan benar-benar faham, lalu naik ke level kitab berikutnya. Dan jangan terburu memasuki dunia silang pendapat para ulama dari cabang ilmu tersebut, sebelum dia memiliki kafāah ilmiyyah yang mumpuni dalam bidang tersebut.
.Sebagaimana Al-Qōdhi Badruddīn Ibnu Jamā'ah As-Syafii (799 H) menyampaikan;
.
أن يحذر في ابتداء أمره من الاشتغال في الاختلاف بين العلماء أو بين الناس مطلقا في العقليات و السمعيات فإنه يحير الدهن و يدهش العقل
"Hendaknya hati-hati santri yang baru mulai belajar, supaya tidak sibuk melihat khilaf yang terjadi diantara para ulama dan manusia. Baik dalam aqliyāt ataupun sam'iyyāt (naqliy). Karena hal tersebut bisa membuat bingung pikiran, dan mengejutkan akal."Maka, terburu-buru masuk dunia khilaf di tangga awal belajar akan memberikan dampak tasywīsy fikri (kerancuan pola pikir). Bangunan ilmu di cabang tersebut tidak akan tertata rapi dalam benak pikirannya. Lalu beliau melanjutkan nasehatnya;
.
بل يتقن أولا كتابا واحدا في فن واحد أو كتبا في فنون إن كانت يحتمل ذلك على طريقة واحدة يرتضيها له شيخه.
"Akan tetapi hendaknya santri yang baru belajar, pelajari dulu satu kitab di satu cabang ilmu tertentu. Atau beberapa kitab dalam cabang ilmu yang berbeda-beda jika dia mampu (belajar di beberapa cabang ilmu). Dengan satu cara yang diajarkan gurunya.".
Oleh karenanya, peran guru dalam hal ini sangatlah penting. Bahkan Syaikh Ibrahīm Al-BājūrI dalam muqoddimah Hasyiyah Fathul Qorīb menyinggung; diantara nikmat santri adalah mendapatkan guru yang membukakan cakrawala ilmu dengan baik (syaikh fattāh). Sebaliknya, guru yang terlalu sibuk dengan dirinya, yang terlalu berpanjang dan berlebar bahkan sampai menyampaikan khilaf di setiap pembelajarannya (padahal kitab yang dikaji adalah kitab pemula), adalah guru yang dipandang buruk. Olehnya Ibnu Jamā'ah melanjutkan ucapannya;
.
فإن كانت طريقة شيخه نقل المذاهب و الاختلاف و لم يكن له رأي واحد قال الغزالي ((فليحذر منه فإن ضرره أكثر من النفع به))
"Dan jika cara gurunya mengajar dengan sembari menyebutkan khilaf-khilaf madzhab, tidak memberikan informasi satu pendapat dahulu. Maka Imam Ghozali mengatakan tentang guru semacam ini; hati-hatilah dari guru semacam ini karena kemudhorotannya lebih besar dari manfaatnya.".
Wallahu Ta'ala A'lam
.
Jombang, 7 Januari 2024
Abu Harits Danang Santoso Al-Jawi
https://linktr.ee/fiqhgram
.
Sumber: Tadzkirotus Sāmi wal Mutakallim. Al-Qōdhi Badruddīn Ibn Jamā'ah. Hal, 218-219
Tidak ada komentar:
Posting Komentar