Seseorang meninggal dunia dan masih memiliki utang puasa. Utang puasa tersebut ada karena beberapa kemungkinan:
1. Meninggalkan puasa karena udzur (halangan syar'i) dan sempat memiliki kesempatan untuk menggantinya namun tidak melakukannya.
2. Meninggalkan puasa tanpa udzur dan meninggal sebelum menggantinya.
Maka dalam dua kondisi tersebut diambilkan dari harta peninggalan si mayit untuk setiap hari yang ditinggalkan satu mud makanan pokok.
Berdasarkan hadits Tirmidzi yang dinilai shahih oleh beliau tapi hanya sampai derajat mauquf kepada sahabat Ibnu Umar:
ﻣﻦ ﻣﺎﺕ ﻭﻋﻠﻴﻪ ﺻﻴﺎﻡ ﺷﻬﺮ ﻓﻠﻴﻄﻌﻢ ﻋﻨﻪ ﻣﻜﺎﻥ ﻛﻞ ﻳﻮﻡ ﻣﺴﻜﻴﻨﺎ
"Barangsiapa yang meninggal dunia dan masih memiliki utang puasa sebulan, maka hendaknya ahli warisnya memberi makan satu orang miskin untuk setiap hari yang ditinggalkan."
dan dinukil oleh Al-Mawardi ijma' sahabat Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam
Syarat Makanan Fidyah:
Makanan yang diberikan adalah makanan pokok yang biasa dikonsumsi di daerah tersebut.
Boleh juga bagi ahli waris menurut madzhab qadim -bahkan itu juga merupakan madzhab jadid (baru) karena Imam Syafii menggantungkan pendapatnya terhadap keshahihan haditsnya- untuk menggantikan puasanya (si mayit-pen) atas dasar hadits shahih Bukhari & Muslim:
ﻣﻦ ﻣﺎﺕ ﻭﻋﻠﻴﻪ ﺻﻴﺎﻡ ﺻﺎﻡ ﻋﻨﻪ ﻭﻟﻴﻪ
"Barangsiapa yang meninggal dunia dan masih memiliki utang puasa, maka walinya yang menggantikan puasanya."
Apakah wajib bagi ahli waris untuk menggantikan puasa atau membayar fidyah si mayit?
Dilihat:
1. Jika orang yang meninggal meninggalkan harta warisan, maka ahli warisnya wajib memilih salah satu: mengganti puasanya atau memberi makan orang miskin.
2. Sunnah: Jika orang yang meninggal tidak meninggalkan harta warisan, maka mengganti puasanya atau memberi makan orang miskin adalah sunnah bagi ahli warisnya.
Catatan:
Pilihan ini hanya berlaku jika si mayit muslim. Jika orang yang meninggal murtad sebelum mengganti puasanya, maka ahli warisnya tidak boleh mengganti puasanya.
Yang wajib dilakukan adalah memberi makan orang miskin, sebagaimana disebutkan dalam kitab An-Nihayah oleh Ar-Ramli, dan diisyaratkan Ibnu Hajar dalam At-Tuhfah.
Wallahu A’lam
-----------
🔗 Diterjemahkan secara bebas dari tulisan Syaikh Said al-Jabiry -حفظه الله- (https://t.me/saeed_algabry/4891)
Pilihan ini hanya berlaku jika si mayit muslim. Jika orang yang meninggal murtad sebelum mengganti puasanya, maka ahli warisnya tidak boleh mengganti puasanya.
Yang wajib dilakukan adalah memberi makan orang miskin, sebagaimana disebutkan dalam kitab An-Nihayah oleh Ar-Ramli, dan diisyaratkan Ibnu Hajar dalam At-Tuhfah.
Wallahu A’lam
-----------
🔗 Diterjemahkan secara bebas dari tulisan Syaikh Said al-Jabiry -حفظه الله- (https://t.me/saeed_algabry/4891)
✍️ Alih bahasa oleh Ahmad Reza Lc
Tidak ada komentar:
Posting Komentar