Rabu, 22 Mei 2024

MENGAPA SHALAT SUNNAH RAWATIB YANG MUAKKADAH HANYA 10 RAKAAT


Shalat sunnah rawatib (shalat sunnah pengiring shalat fardhu) terdiri dari dua jenis; rawatib yang muakkadah (sangat ditekankan), dan non muakkadah (biasa). Adapun yang muakkadah, maka ini dilandasi hadits Ibnu Umar radhiyallahu anhuma, dimana beliau berkata;

حَفِظْتُ مِنَ النَّبِيِّ - صلى الله عليه وسلم - عَشْرَ رَكَعَاتٍ: رَكْعَتَيْنِ قَبْلَ الظُّهْرِ, وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَهَا, وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَ الْمَغْرِبِ فِي بَيْتِهِ, وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَ الْعِشَاءِ فِي بَيْتِهِ, وَرَكْعَتَيْنِ قَبْلَ الصُّبْحِ
"Aku hafal dari Nabi shallallahu alaih wa sallam 10 rakaat; 2 rakaat sebelum dzuhur, 2 rakaat setelah dzuhur, 2 rakaat setelah maghrib di rumah beliau, 2 rakaat setelah isya di rumah beliau, 2 rakaat sebelum shubuh."
[ HR.Bukhari (1180), Muslim (729), Al-Hafidz Ibnu Hajar menyebutkan hadits ini dalam Bab Shalat Tathowwu' di kitabnya Bulūghul Marām ]

Maka, para ahli fikih menyatakan, sisi muakkad-nya adalah bersumber dari muwadhobah (pengerjaan yang tidak pernah ditinggalkan) Nabi shallallahu alaihi wa sallam. Karena 10 rakaat inilah, batas minimal dalam semua hadits-hadits yang berbicara tentang shalat sunnah rawatib secara lengkap.

Oleh karenanya, jika ada tambahan di luar 10 rakaat ini, maka tetap berihtimal (berkemungkinan) pernah ditinggalkan Nabi shallallahu alaihi wa sallam. Sehingga, tidak dimasukkan dalam rumpun rawātib muakkadah. Meskipun tambahan-tambahan tadi memiliki keistimewaan khusus. Seperti tambahan 2 rakaat lagi sebelum dhuhur (jadi 4 rakaat) dan atau setelahnya. Atau 4 rakaat sebelum ashar. Karena kembali, ta'līl (alasan hukum) muakkad disini bukan keistimewaan khusus, namun muwādhobatun Nabi shallallahu alaihi wa sallam. Wallahu ta'ala a'lam.

Oleh Danang Santoso
#fikihhadits #fikihshalat #bulughulmaram

🔔 Klik https://linktr.ee/fiqhgram untuk mendapatkan update khazanah fikih Islam dan faedah dari Fiqhgram.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar