Sabtu, 24 Agustus 2024

MEMAHAMI FIKIH & KITAB-KITAB FIKIH


Jika kita melihat pada proses pembelajaran fiqh yang teratur berdasarkan mazhab, kita akan mendapati bahwa pembelajaran tersebut berkisar pada kitab-kitab fiqh yang ringkas dan kitab-kitab matan (teks dasar) ilmiah.

Pandangan ini bukanlah sesuatu yang baru atau dibuat-buat, melainkan sudah ada sejak zaman dahulu.

Ketika Imam asy-Syafi'i menyusun mazhab barunya di Mesir, para muridnya segera merangkum ilmu mulia ini ke dalam ringkasan-ringkasan agar mudah dihafal dan dijelaskan.

Imam al-Buwaithi (wafat 231 H) menyusun Mukhtashar (ringkasan) yang terkenal, begitu pula Harmalah (wafat 243 H) menyusun Mukhtashar miliknya, meskipun karya ini hilang.

Kemudian Imam al-Muzani (wafat 264 H) menyusun Mukhtashar yang besar, dan kemudian yang kecil – yang menjadi terkenal dan banyak digunakan.

Sejak kitab ringkas ini disusun, para pengikut mazhab Syafi'i mengandalkan dan mempelajarinya dengan tekun.

Tidak terhitung jumlah orang yang telah mensyarahinya, meringkasnya, mengomentarinya, dan membelanya.

Salah satu keunikan yang disebutkan oleh Imam adz-Dzahabi dalam Siyar A'lam an-Nubala' adalah:

"Negeri-negeri dipenuhi dengan Mukhtashar ini (milik al-Muzani) dalam fiqh, dan banyak ulama besar yang mensyarahinya, sehingga dikatakan bahwa seorang gadis yang akan menikah harus menyertakan satu salinan Mukhtashar al-Muzani dalam pernikahannya."

Di antara yang mensyarahi Mukhtashar al-Muzani adalah Imam al-Haramain dalam Nihayat al-Mathlab, Imam al-Mawardi dalam al-Hawi, Abu ath-Thayyib ath-Thabari dalam at-Ta'liqah, dan lainnya.

Sementara itu, Imam al-Ghazali telah meringkas dan memperbaikinya dalam kitabnya al-Khulashah.

***

Perhatian terhadap Mukhtashar al-Muzani dalam hal hafalan dan pengajaran terus berlanjut, hingga Syaikh Abu Ishaq asy-Syirazi menyusun kitabnya at-Tanbih,

yang kemudian dihafal oleh para pelajar karena keindahan bahasanya dan banyaknya manfaat yang terkandung di dalamnya.

Ketika Hujjatul Islam al-Ghazali menyusun al-Wajiz – yang merupakan ringkasan dari al-Wasit – kitab ini juga mendapat perhatian dari para ulama untuk dihafal dan disyarahi.

Bahkan, kitab yang paling penting di kalangan ulama mutaakhirin – yaitu asy-Syarh al-Kabir atau [Fath] al-‘Aziz karya ar-Rafi’i – adalah syarah dari al-Wajiz.

Kemudian Imam ar-Rafi'i merangkum dari karya-karya al-Ghazali – terutama al-Wajiz dan al-Khulashah – dalam kitabnya al-Muharrar,

di mana ia memberikan penekanan pada penentuan pendapat yang lebih kuat dan menjelaskan pendapat yang diandalkan di antara berbagai pendapat dan pandangan.

Selanjutnya, Imam an-Nawawi meringkas al-Muharrar dalam karyanya Minhaj ath-Thalibin dan melakukan koreksi pada beberapa masalah kecil.

Sejak Imam an-Nawawi menyusun al-Minhaj, kitab ini telah menjadi pusat pembelajaran mazhab Syafi'i hingga zaman kita sekarang.

Kitab ini telah banyak disyarahi, dan hingga kini masih ada syarah-syarah baru yang ditulis oleh para ulama kontemporer.

Kitab ini telah memberikan manfaat yang luas, dan beberapa ulama seperti Ibn al-Mushili, Abu Hayyan, dan ad-Damiri telah menyusunnya dalam bentuk nadham (puisi).

Kemudian kitab ini diringkas oleh beberapa ulama lain, termasuk Syaikh Zakaria al-Ansari dalam Manhaj ath-Thullab, yang kemudian beliau syarahi dalam Fath al-Wahhab, sebagian besar diambil dari syarah al-Mahalli terhadap al-Minhaj.

Hal yang sama juga terjadi pada mazhab-mazhab lainnya; misalnya, Imam Muhammad bin al-Hasan asy-Syaibani (wafat 189 H) menyusun al-Jami' ash-Shaghir dalam mazhab Hanafi,

Imam al-Khiraqi (wafat 334 H) menyusun Mukhtashar yang terkenal di kalangan Hanbali, dan Imam Ibnu Abi Zaid al-Qayrawani (wafat 386 H) menyusun ar-Risalah yang terkenal dalam mazhab Maliki.

***

Imam al-Qazwini menyusun kitab al-Hawi – yang dikatakan merupakan ringkasan dari asy-Syarh al-Kabir karya ar-Rafi'i.

Kitab ini menjadi keajaiban, dan banyak orang yang menghafalnya.

Kitab ini kemudian diubah menjadi bentuk nazham (puisi) oleh Ibn al-Wardi dalam al-Bahjah, sebuah nazham yang indah.

Tentang nazham ini, Al-Hafizh Ibn Hajar al-Asqalani berkata dalam ad-Durar al-Kaminah:

"Demi Allah, tidak ada seorang pun yang membuat nazham fiqh setelahnya kecuali berada di bawah tingkatannya."

Waliuddin al-'Iraqi kemudian mensyarah al-Bahjah dengan syarah yang bermanfaat dan bagus.

Setelah itu, Syaikhul Islam Zakaria as-Syirazi juga mensyarah al-Bahjah dengan dua syarah; salah satunya adalah syarah yang panjang berjudul al-Ghurar al-Bahiyyah, yang kemudian ia ringkas menjadi Khulasat al-Fawa'id al-Mahwiyyah.

Selanjutnya, Imam Ibn al-Muqri meringkas al-Hawi yang disebutkan sebelumnya dalam kitabnya Irsyad al-Ghawi.

Ia juga meringkas *Raudhat at-Talibin* karya an-Nawawi dalam Raudhat at-Talib, yang merupakan salah satu matan terbesar yang disyarahi dalam mazhab.

Kitab ini disyarah oleh Qadhi Zakaria dalam Asna al-Mathalib.

Hingga masa mendekati zaman kita, para ulama terus menulis kitab-kitab matan fiqh untuk memudahkan para pencari ilmu.

Al-Allamah Ahmad asy-Syathiri (wafat 1360 H) menyusun matan al-Yaqut an-Nafis.

Bahkan hingga zaman kita sekarang, penulisan dalam matan fiqh masih ada, namun sebagian besar mereka hanya terbatas pada menulis nazham untuk matan-matan tersebut.

Misalnya, banyak orang yang menulis nazham untuk al-Yaqut an-Nafis, dan beberapa orang juga menulis nazham untuk Qurrat al-'Ain.

Di zaman kita juga terdapat lebih dari satu ulama yang masih menulis nazham untuk al-Minhaj karya an-Nawawi, di antaranya adalah Dr. Hadhr al-Sa'di dan Syaikh Muhammad Salim Buhairi, serta lainnya.

Semoga Allah memberkahi upaya-upaya yang bermanfaat ini dan menerimanya dengan penerimaan yang baik.

Catatan:

Hal yang sama juga terjadi di berbagai mazhab lainnya; misalnya, Syaikh Abdul Aziz bin Hamad al-Ahsai (wafat 1359 H) menyusun matan Tadrib as-Salik dalam mazhab Maliki,

al-Allamah Abu Bakr Khuwaiqir (wafat 1349 H) menyusun mukhtashar yang terkenal di kalangan Hanbali, dan Syaikh Muhammad 'Ala'uddin Ibn 'Abidin (wafat 1306 H) menyusun matan al-Hadiyyah al-'Alliyyah dalam mazhab Hanafi.

***
📚 Sumber:
Madkhal Ilal Mutun Fiqhiyah ‘Inda Saadatus Syafiiyah, Syaikh Abdurrahman bin Muhammad Nurudin

Oleh Ahmad Reza Lc
Pengasuh Fiqhgram
t.me/fiqhgram

🔗 Ingin belajar fikih Islam secara berjenjang dari satu kitab ke kitab berikutnya ❓ Bergabunglah di Akademi Fiqhgram
📲 t.me/akademifiqhgram2

🔔 Klik https://linktr.ee/fiqhgram untuk mendapatkan update khazanah fikih Islam dan faedah dari Fiqhgram.

#madzhab #madzhabsyafii #tsaqofah #karyaulama #faedah #faedahkitab

Tidak ada komentar:

Posting Komentar