Sabtu, 24 Agustus 2024

PENCEGAHAN DARI SYUBHAT PEMIKIRAN KONTEMPORER



Kiat Pertama: Memperkuat Keyakinan Terhadap Pokok-Pokok Islam:

Dari keyakinan yang saya peroleh setelah berinteraksi dengan pertanyaan-pertanyaan kaum muda, penting untuk memberikan perhatian serius pada penyajian bukti-bukti Islam secara rasional yang dapat meningkatkan iman, memperkuat keyakinan, dan melindungi hati dari bara keraguan.

Jika hati tidak yakin dengan hal ini dan tidak mengetahui bukti-buktinya, maka hati akan cepat ragu dan mudah terganggu.

Meskipun masalah ini sangat banyak dibahas dalam Al-Qur’an dan sangat dibutuhkan, perhatian terhadapnya belum sesuai dengan yang seharusnya.

Oleh karena itu, tidak mengherankan jika banyak anak muda di masyarakat Muslim terpengaruh oleh gelombang keraguan tentang Allah, Kitab-Nya, atau Rasul-Nya Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

Cara Memperkuat Keyakinan:

Pertama:

Menghidupkan dan Menyebarkan Ibadah Berpikir tentang Tanda-Tanda Allah di Alam Semesta.

Dalam Al-Quran dijelaskan hubungan antara berpikir dan memahami kebenaran.

Allah berfirman:

‎ الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَما وَقُعُودًا وَعَلَى جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ
‎في خلق السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَذا بطلا سُبْحَنَك

“Orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk, atau berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): ’Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau.”
(Ali Imran: 191)

Setelah berpikir, mereka menyimpulkan dari penciptaan langit dan bumi bahwa tidak ada kesia-siaan dan ketidakberaturan.

Allah mencela orang-orang yang berpaling dari memikirkan tanda-tanda-Nya, lalu Dia berfirman:

وَجَعَلْنَا السَّمَاءَ سقفًا تَحْفُوظًا وَهُمْ عَنْ عَايْتِهَا مُعْرِضُونَ

“Dan Kami jadikan langit sebagai atap yang terpelihara, tetapi mereka berpaling dari tanda-tanda (kekuasaan)Nya.”
(Al-Anbiya: 32)

Saya berharap agar peradaban modern tidak menjadi alasan yang menghalangi kita dari ibadah berpikir tentang langit, bintang, diri sendiri, dan hewan.


**


Prinsip Pencegahan Kedua: Membangun Akal Kritis

Akal Kritis: adalah akal yang teliti, yang tidak menerima klaim tanpa bukti, tidak menerima bukti yang rusak, dan tidak mudah tertipu oleh kesalahan logika.

Banyak syubhat (keraguan) yang mempengaruhi sebagian pemuda, dan salah satu faktor utamanya adalah kurangnya pemikiran kritis dan mentalitas yang teliti.

Oleh karena itu, perhatian terhadap penanaman pemikiran yang benar, yang mampu membedakan antara informasi yang dapat diterima dan yang tidak, sangat penting dalam menangkal syubhat dan memperkuat daya tahan intelektual.

Para ulama Muslim sangat memperhatikan pemeriksaan dan pengujian informasi sebelum menerimanya.

Salah satu contoh terbaik adalah apa yang dihasilkan oleh para ulama hadis, dengan sistem pemeriksaan yang luar biasa.

Mereka mengkritisi para perawi hadis, tidak tertipu oleh penampilan semata, membandingkan riwayat, melemahkan riwayat yang terputus, dan menemukan para pendusta, sehingga metode kritik mereka menjadi aman untuk menjaga sunnah Nabi ﷺ.

Selain itu, para ulama Muslim juga memperhatikan dasar-dasar debat yang benar dan diskusi yang produktif.

Mereka membahas argumen yang dapat diterima dan yang ditolak, serta hal-hal lain yang membutuhkan pemeriksaan dan pengujian, yang dibahas dalam buku-buku adab al-bahth wa al-munazarah atau ilmu debat.

Semua hal di atas berbeda dengan mentalitas yang skeptis, yang gemar mengatakan "saya tidak tahu" dan "mungkin", atau "apa yang saya ketahui?".

Akal kritis tidak diukur dari seberapa banyak berita yang ditolaknya atau diragukan, tetapi dari seberapa banyak faktor dan bukti yang ia amati yang memerlukan penolakan, serta faktor lain yang memperkuat penerimaan.

Tidak diragukan lagi bahwa kita membutuhkan kursus, ceramah, dan aplikasi praktis di bidang ini.

Kita juga dapat mendidik anak-anak kita tentang pemikiran kritis dengan menerapkannya pada berita dan pendapat yang mereka dengar di sekolah atau di antara teman-teman, sehingga mereka dilatih untuk menguji berita tersebut berdasarkan prinsip-prinsip verifikasi dan analisis yang benar.

Salah satu hal yang membantu memperkuat alat akal kritis adalah dengan memahami metode penelitian ilmiah dan keterampilannya.

Akal kritis membutuhkan pengetahuan tentang sumber-sumber informasi dan bagaimana menghadapinya untuk memastikan keakuratan dan ketelitian.

Oleh karena itu, kita perlu mengadakan kursus tentang cara melakukan penelitian informasi secara elektronik dan buku-buku dari sumber-sumber yang terpercaya, serta cara mencari keabsahan hadis di internet dan buku.

***

Kaidah Pencegahan Ketiga: Pendalaman Syariah

Yang dimaksud dengan pendalaman syariah adalah mempelajari dasar-dasar ilmu syariah (akidah, fiqh, ushul fiqh, ilmu hadis, bahasa, dan ilmu Al-Qur'an).

Hal ini sangat penting karena akan membentuk landasan pengetahuan yang kokoh bagi seorang pelajar, yang akan menjadi rujukan dan sandaran.

Berbeda dengan orang yang tidak memiliki dasar ini, ia tidak akan memiliki fondasi yang kuat.

Salah satu cara untuk menyebarkan prinsip pencegahan ini adalah dengan mempermudah ilmu syariah, mendekatkannya kepada para pemuda, dan menyajikannya dalam kursus-kursus singkat dengan gaya modern dan menggunakan alat bantu pengajaran yang sesuai.

Orang yang melakukan pekerjaan ini harus menyadari bahwa ia memainkan peran penting dalam mencegah syubhat (keraguan) intelektual kontemporer.

Salah satu upaya yang baik dalam mewujudkan kemudahan ini adalah yang dilakukan oleh Dr. Amir Bahjat dalam kursus-kursusnya yang luar biasa tentang fiqh dan ushul fiqh, yang tersedia di YouTube dengan judul "Tanbih al-Faqih" dan "Al-Tariq ila Ushul al-Fiqh" serta lainnya.

Di antara metode penting yang dibutuhkan dalam tahap ini adalah perhatian dalam pelajaran syariah untuk meneguhkan prinsip-prinsip dasar,

bukan hanya sekedar menjelaskan atau mengomentari teks dan memperluas cabang-cabangnya, tetapi juga harus ditambahkan hal-hal yang menegaskan kebenaran prinsip-prinsip yang dibahas.

Jika ada yang berkata:

"Orang yang belajar ilmu syariah tidak akan terpengaruh oleh isu-isu yang menyasar prinsip-prinsip dasar, maka tidak perlu melakukan hal-hal yang disebutkan tadi,"

jawabannya adalah, bahwa pelajar, meskipun tidak terpengaruh oleh syubhat dan isu-isu, tetap membutuhkan pengetahuan tentang dalil-dalil dan kebenaran prinsip-prinsip tersebut agar dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan dan masalah yang dihadapinya -

kecuali jika ia ingin mengasingkan diri dari masyarakat dan menjauh dari apa yang menjadi perhatian mereka.

Salah satu caranya adalah dengan memberikan pengantar ilmu sebelum memulai penjelasan, dan dalam pengantar ini mencakup dalil-dalil umum yang menegaskan kebenaran prinsip ilmu yang akan dipelajari, alasan pentingnya perhatian terhadapnya, serta dampak negatif dari meninggalkannya atau mengabaikannya.

***

Prinsip Keempat: Menentukan Sumber Pengetahuan dan Sikap terhadap Setiap Sumber

Apa saja sumber yang kita andalkan untuk membangun pengetahuan?

Sejauh mana batasan setiap sumber?

Apakah ada tumpang tindih di antara sumber-sumber tersebut?

Apa saja sumber pengetahuan syariah yang tidak mungkin salah?

Dan apa saja sumber syariah yang mungkin mengandung kesalahan dan kebenaran?

Pertanyaan-pertanyaan ini sangat penting bagi generasi muda. Jika jawabannya disampaikan dengan tepat, ini akan membantu mengatur pola pikir mereka, menjelaskan dari mana pengetahuan diperoleh, dan bagaimana cara menggunakannya.

Ini menjadi salah satu cara penting untuk mencegah syubhat  yang sering terjadi saat ini.

Salah satu penyebab utama dari kekacauan berpikir di era modern adalah kesalahan dalam menentukan sumber pengetahuan. Banyak ateis, terutama di dunia Barat, memiliki pandangan negatif terhadap sumber-sumber pengetahuan selain dari pancaindra dan pengalaman langsung, yang mereka anggap sebagai satu-satunya cara untuk memperoleh pengetahuan.

Akibatnya, mereka menolak bukti-bukti rasional yang menunjukkan keberadaan Tuhan, yang tidak didasarkan pada pengamatan langsung atau sains empiris.

Mereka juga menolak ilmu-ilmu wahyu yang bersumber dari berita yang benar dan didukung oleh dalil-dalil akal. Banyak perdebatan intelektual antara orang beriman dan ateis yang berhubungan dengan isu-isu ini.

Oleh karena itu, memahami teori pengetahuan dan cabang-cabangnya menjadi sangat penting bagi peneliti Muslim masa kini.

Bagi yang ingin mendapatkan gambaran umum tentang pengetahuan, sifatnya, dan sumber-sumbernya, ada sebuah ceramah oleh Syaikh Abdullah al-Ajiri di YouTube berjudul "Madkhal li Fahm Nazhariyyat al-Ma'rifah," yang sangat cocok untuk tahap awal dalam memahami teori ini dan kaitannya dengan konsep pengetahuan dalam Islam.

Setelah itu, sebaiknya dilanjutkan dengan membaca buku "Mashadir al-Ma'rifah fi al-Fikr al-Dini wa al-Falsafi" karya Dr. Abdurrahman bin Zaid az-Zunaydi, kemudian "Al-Ma'rifah fi al-Islam" karya Dr. Abdullah al-Qarni.

Buku ini sangat berkualitas, meskipun agak sulit untuk pemula dan menengah. Selanjutnya, bisa memperdalam dengan buku karya Dr. Abdullah al-Du'ajani yang membahas pendekatan Ibn Taimiyah terhadap pengetahuan dalam " Manhaj Ibn Taymiyyah al-Ma'rifi. "

Ini adalah buku yang sangat bermanfaat, meskipun cukup menantang bagi pemula dan menengah.

Dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas, kita juga bisa membedakan antara sumber syariah yang terjamin kebenarannya dan sumber yang bisa salah.

Al-Qur'an dan Sunnah adalah sumber yang tidak mungkin salah, begitu juga dengan kesepakatan para ulama dalam masalah syariah jika kesepakatan tersebut sudah terbukti.

Namun, seorang ulama, meskipun sangat tinggi ilmunya, tidak mungkin selalu benar dalam semua pendapatnya, bahkan jika dia adalah Imam Abu Hanifah, Imam Malik bin Anas, Imam Syafi'i, atau Imam Ahmad—semoga Allah merahmati mereka semua.

Aspek penting lainnya dari prinsip ini adalah penyerahan diri kepada nash syar’i (teks agama) dan dasar-dasar yang mendukungnya.

Beberapa referensi penting dalam hal penyerahan diri kepada nash syar’i antara lain buku " Yambu’ al-Ghawayah al-Fikriyyah" karya Abdullah al-Ajiri dan " Al-Taslim li al-Nash al-Shar'i " karya Fahd al-Ajlan.


***

Kaidah Kelima: Menghindari Diskusi Syubhat bagi yang Bukan Ahli

Bagi mereka yang ahli dalam membantah syubhat (keraguan), penting untuk memahami secara mendalam detail-detail syubhat tersebut, siapa yang menyebarkannya, dan sejarahnya.

Mungkin mereka perlu membaca beberapa buku dari pihak tersebut atau mengunjungi situs dan akun media sosial mereka agar dapat memberikan jawaban yang tepat.

Namun, bagi yang bukan ahli, masuk ke dunia syubhat ini adalah tindakan yang berisiko dan bisa berakibat buruk.

Yang saya maksud dengan "masuk" di sini bukanlah mengetahui cara membantah syubhat yang umum, melainkan membaca buku-buku mereka atau mengikuti cuitan dan postingan mereka di media sosial.

Baik itu dengan alasan ingin tahu apa yang dipikirkan pihak lain, sekadar penasaran, membuang waktu, atau hanya untuk menambah wawasan umum.

Saya mengenal beberapa orang yang, dengan niat baik, memasuki halaman dan akun-akun ateis, namun akhirnya mereka malah terpengaruh secara negatif, sesuatu yang tidak mereka inginkan dan tidak pernah mereka duga sebelumnya.

Hal ini mengingatkan kita pada peringatan ulama terdahulu agar tidak mendengarkan ahli bid'ah, karena hati itu lemah dan syubhat bisa dengan mudah menyambar—seperti yang dikatakan oleh Imam al-Dzahabi, semoga Allah merahmatinya.

Prinsip Keenam: Membaca Buku Bantahan terhadap Syubhat dengan Syarat-syarat Tertentu

Syarat pertama : Syubhat yang dibahas haruslah yang sedang berkembang dan menjadi ancaman nyata.

Syarat kedua: Buku tersebut harus lebih banyak memaparkan bantahan daripada menjelaskan syubhat secara detail. Beberapa penulis terkadang terlalu detail dalam menjelaskan syubhat, termasuk menyebutkan dasar dan argumennya.

Ini memang baik untuk para ahli, tetapi dalam konteks pencegahan bagi yang bukan ahli, membaca syubhat yang dijelaskan secara rinci justru bisa menimbulkan kebingungan yang tidak perlu.

Syarat ketiga : Bantahan yang disampaikan harus kuat dan terpercaya. Ini bisa diketahui dengan merujuk pada pendapat para ahli di bidang tersebut.

Beberapa buku yang cocok dibaca sebagai upaya pencegahan dari syubhat masa kini antara lain " Al-Sunnah wa Makânatuha fi al-Tasyri' al-Islâmi " karya Mustafa al-Siba’i dan buku " Kamil al-Surah " yang terdiri dari dua bagian.

***
📚 Diterjemhakn:
As-Shabigat, Kaifa Nata’amalu Ma’a Syubuhat Fikriyah Al-Mu’ashirah, Syaikh Ahmad As-Sayyid

Oleh Ahmad Reza Lc
Pengasuh Fiqhgram
t.me/fiqhgram

🔔 Klik https://linktr.ee/fiqhgram untuk mendapatkan update khazanah fikih Islam dan faedah dari Fiqhgram.

#tsaqofah #sejenak #faedah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar